Saturday, February 19, 2011

Tribute to @DJ_ayus and @LilFishtwits

12 February 2011, can be considered as culmination day for my dearest friends, Anggie and Zidni, as they finally thight their soul to each other and realize that growing old together is something that they've been wanted to do in very long time.

Buku Biru, maybe one of the soulful witnesses of how much Z has grown his feelings toward A since our college time, since 10 years ago...Now, they probably can build a set of encyclopedia with their stories. Some of the writings here are Buku Biru tribute to them, all of them taken from Z's thoughts..a pure expression in Witty words..ahh, enough said..

ZidnIngiNangiSedih 12 Maret 2001

layaknya sebuah kekecewaan yang dihantui oleh kegagalan, benturan fisik yang
disirami oleh peluh, tak sanggup merajah dan menusuk hati.
Pelukan hasrat terasa semakin menjauh, melayang serta menghilang ditelan derasnya awan.
Bisikan2 yang memekakkan telinga menembus segala keinginan.
Bilakah mimpi yang kumiliki sanggup merajuk ke dalam kemenangan.
Fantasi yang dipenuhi dengan kehampaan menghadirkan kesan semu indah. Akankah kutemui kepastian walaupun takkan kutemui
pelangi itu. Kuingin padamkan mimpi biar hilang semua nyanyian jiwa.

Adalah seorang jelita yang begitu mempengaruhi imajinasinya, bagaikan seekor kunang yang menjadi pelita di ruang gela jiwanya...begitu banyak yang ingin diungkapkan oleh temen baik gw ini, setiap kalimat yang diciptakan mengandung setitik rasa yang terkumpul menjadi ombak makna hatinya...lagi, Zidni mengungkapkan apa yang dia punya..seperti ini..


Untaian petikan kan janggal tuk beri arti
keharuman hati memberi nilai tersendiri
kecerahan mata datangkan apa maksud sebuah kilauan
karikatur raga menempuh jauh dari konstan hari2
yang seharusnya ada pelita dikemudian hari
Jutaan debu hidup tak sanggup menutupi kalbu
geraian tak terarah lengkapi cerita indah
dentuman intesitas ada untuk hadirkan gerah
perihku kan balutan lekukan.
Setetes peluh, kalimat keluh, senyuman tertabuh,
bangkitkan sengal napas harapan terbersit
inginkan seorang paruh jiwa.
Jangan biarkan sampai membiru kalbuku karena prinsip menyelimuti semua
Menjaga hati memberi arti nilai seorang belia.
Lari dari bayangannya mendekati bencana.
Hantam jiwa ini berharap lupakan seonggok cinta.
Karena "dia" tergaris sembab di wajah ini.
Kelembutannya cukup untuk berlalu. Ruang cinta terasa memojokkan,
Getaran akal membuatku semakin menggila. Penyesalan karena pengenalan?
Segenggam doa taburkan kenikmatan karena telah diberikan cinta.
Gemuruh rindu kembangkan beribu lintasan haru.
Trauma masa lalu seakan tameng untuk masuki ruang insan.
Hati tergugah takut, jangankan menunggu, bosan sudah melapuk,
perihku melanda, tangis mendera.
Cintaku kau kutunggu, walaupun cinta ini sudah membiru

-Sebuah Pelita Jelita - 03:25 AM

No comments:

Post a Comment